Saturday 29 June 2019

Istri-istri Rasulullah (part 3)

6. Ummu Salamah
Istri keenam adalah Ummu Salamah yang memiliki nama asli Hindun. Nama lengkapnya adalah Hindun binti Abi Umayyah bin al-Mughirah bin 'Abdullah bin Amru bin Makhzum bin Yaqzah bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib al-Quraisy al-Makhzumiy. Ibunya bernama Atikah binti Amir bin Rabi'ah bin Malik bin Khuzaimah. Dia dipanggil dengan nama Ummu Salamah, karena anak pertamanya bernama Salamah. Ummu Salamah adalah janda dari Abu Salamahyang meninggal akibat terluka pada peperangan Uhud. Bersama suaminya Abu Salamah, dia dikaruniai empat orang anak, masing-masing bernama Salamah, 'Umar, Wardah, dan Zainab.

Rasulullah sangat menghargai pasangan suami istri tersebut. keduanya adalah generasi pertama masuk islam dan ikut dalam hijrah ke Abisinia dan ke Madinah. Setelah suaminya meninggal dan ketika hijrah ke Madinah, Rasulullah menikahinya pada bulan Syawal tahun keempat Hijriyah. Ini berarti sebulan sesudah menikah dengan Zainab binti Khuzaimah, Rasulullah menikah dengan Ummu Salamah. ketika menikah dengan Rasulullah, usia Ummu Salamah

7. Siti Zainab binti Jahasy
Istri ketujuh adalah Zainab binti Jahasy. Nama lengkapnya adalah Zainab binti Zahasy bin Ya'mar bin Shabrah bin Murrah bin Kabir bin Ghanam bin Dudan bin Asad bin Khuzaimah. Ibunya bernama Umaimah binti Muthallib, bibi Rasulullah sendiri. Sebelum masuk Islam namanya Barrah, Rasulullah sendiri yang mengganti nama itu menjadi Zainab. Dia adalah janda dari Zaid bin Haristah. Zaid bin Haritsah sendiri adalah hamba sahaya Rasululllah yang dimerdekakannya dan kemudian diangkat menjadi anak angkat. Rasulullah sendiri yang menikahkan anak angkatnya itu dengan Zainab. Pernikahan Zainab dengan Zaid tidak mendatangkan kebahagiaan. Hal ini disebabkan Zainab merasa tidak sekufu dengan Zaid yang berasal dari budal itu.

Suasana rumah tangga keduanya tidak harmonis, karena kondisi tidak sekufu di antara keduanya itu menjadi penyebab ketidakharmonisan tersebut. Akhirnya pernikahan itu tidak bisa dipertahankan dan kemudian Zaid dan Zainab pun bercerai. Kemudian, turun wahyu yang menyuruh agar Rasulullah menikahi janda Zaid tersebut, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Ahzab ayat 37 yang artinya

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan mengatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allahlah yang lebih berhak kamu takuti. maka, tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.

Dengan berdasarkan wahyu di atas, Rasulullah menikahi Zainab binti Jahasy. Di kalangan istri-istri Rasulullah, Zainab memang dikenal sebagai perempuan bangsawan dari qabilah Mudhar. Sebenarnya beliau adalah cucu dari 'Abdul Muthallib juga. Dia adalah putri dari saudara perempuan ayah Rasulullah sendiri. Zainab ikut ambil bagian dalam perang Khandak dengan ikut menggali parit dalam peperangan itu. Bersama istri-istri yang lain, Zainab ikut dalam rombongan Haji Wada'. Ketika terjadi masalah yang disebutkan oleh surah ini antara Rasulullah dengan istri beliau, Hafsah dan 'Aisyah, diriwayatkan Zainab juga terlibat dalam peristiwa itu. Pernikahan Rasulullah dengan Zainab berjalan harmonis sampai kemudian Rasulullah wafat. Zainablah, istri yang pertama kali menyusul Rasulullah ke alam baka, dalam usianya 35ah tahun. Zainab wafat pada tahun 20 Hijriyah di masa pemerintahan 'Umar bin Khaththab.

8. Siti Juwairiyah
pernikahan Rasulullah yang kedelapan adalah dengan Juwariyah binti Al-Harits. Nama lengkapnya adalah Juwairiyah binti Harits bin Abi Dhihar bin Habib bin 'Aidz bin Malik bin Khuzaimah bin Sa'ad bin Ka'ab bin 'Umar bin Rabiah bin Haritsah bin Amru bin Amir. Ia termasuk keturunan Bani Khazaiy dan Bani Musthaliq. Ia adalah putri dari kepala suku Bani Musthaliq. Sukunya kalah dalam peperangan dan ia termasuk menjadi tawanan setelah perang itu usai. Sebagai pihak yang kalah, seluruh harta dan kaum perempuan mereka ditawan dan dijadikan sebagai budak. Juwairiyah menjadi budak dari Tsabit bin Qais bin Syammas. Untuk membayar uang tebusan, dia tidak memiliki harta lagi, maka ia mita agar dipertemukan Rasulullah.

Ketika sudah bertemu dengan Rasulullah saw., dia memohon agar dia dan kaumnya ditolong dan dibebaskan dari perbudakan. Rasulullah melihat jauh ke depan. Bani Musthalliq adalah salah satu suku Arab yang cukup berpengaruh di Madinah. Atas pertimbangan itu, Rasulullah kemudian menebus Juwairiyah dari Tsabit bin Qais bin Syammas dan kemudian memerdekakannya. Sesudah dia dimerdekakan dari perbudakan itu, maka Rasulullah meminangnya untuk dijadikan istri. Dengan situasi itu, ayah Juwairiyah sebagai kepala suku menerima pinangan tersebut dan kemudian menyatakan diri masuk Islam. Langkah itu kemudian diikuti oleh anggota suku yang lain sehingga seluruh kaum Bani Musthaliq mengikrarkan diri masuk agama Islam.

Dengan berlangsungnya pernikahan Rasulullah dengan Juwairiyah, kegiatan dakwah Rasulullah bertambah luas. Warga Bani Musthaliq ikut mendukung dakwah. Juwairiyah dikenal sebagai perempuan yang tekun beribadah dan memiliki pengetahuan agama yang cukup luas, termasuk meriwayatkan Hadits dari Rasulullah. Juwairiyah binti al-Harits wafat di Madinah pada tahun 50 Hijriyah dalam usia 70 tahun.

No comments: