Sunday 30 June 2019

Istri-istri Rasulullah (part 4)

9. Siti Ramlah
Pernikahan Rasulullah yang kesembilan adalah dengan Siti Ramlah yang juga dipanggil dengan nama panggilan Ummu Habibah. Nama lengkapnya adalah Ummu Habibah Ramlah binti Abi Sufyan bin Harab bin Umayyah bin 'Abdi Syams bin 'Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luaiy bin Ghalib. Dari suku Quraisy al-Adawiyah. Dia adalah putri Abu Sufyan, bangsawan Quraisy yang sangat disegani dan penentang gigih dakwah Rasulullah. Pertama kali dia menikah dengan 'Abdullah bin Jahasy dan sebagai suami istri masuk Islam. Keduanya adalah generasi pertama yang ikut hijrah ke Abisinia. Pada waktu hijrah itu, suaminya 'Abdullah bin Jahasy murtad dan menjadi pemeluk agama Kristen. Oleh sebab itu, ia bercerai dengan suaminya.

Siti Ramlah bertahan hidup sebagai seorang kaum beriman. Pada saat rombongan hijrah itu kembali lagi ke Makkah, karena situasi sudah aman, Siti Ramlah tidak ikut kembali pulang. Ia tidak mau pulang ke Mekkah dan tetap berada di Abbesinia. Ayahnya Abu Sufyan masih tetap berada dalam kemusyrikan. Hal ini berarti, jika dia kembali ke Mekkah, tentu akan kembali lagi kepada kemusyrikan. Itu sebabnya Siti Ramlah tetap di Abbesinia dan bertahan hidup sebagai seorang Muslimah di tengah masyarakat Kristen yang ada di Abbesinia itu. Hari-harinya berlalu di Abbesinia atas perlindungan raja.

Mendengar peristiwa itu, Rasulullah mengirim seorang utusan ke Abbesinia untuk meminang Siti Ramlah. Siti Ramlah menerima pinangan itu. Rasulullah kemudian meminta raja Abbesinia untuk mewakili beliau menerima akad pernikahan tersebut. Permintaan sebagai wakil itu disetujui oleh raja Abbesinia. Maka, berlangsunglah pernikahan tersebut dengan memberikan mahar sebesar 500 dinar kepada Siti Ramlah. Dia baru kembali ke Madinah dan serumah dengan Rasulullah, setelah Perjanjian Hudaibiyah ditandatangani. Ummu Habibah Ramlah meninggal pada tahun 44 Hijriyah pada masa pemerintahan khalifah Mu'awiyah bin Abu Sufyan.

10. Mariyah Qibtiyah
Pernikahan Rasulullah yang kesepuluhan adalah dengan Mariyah Qibtiyah. Mariyah Qibtiyah lahir di sebuah desa bernama Hifn di tepi sungai Nil. Ayahnya seorang asli Mesir bernama Syam'un. Bersama dengan saudaranya bernama Sirin, ia mengabdi sebagai hamba sahaya di istana gubernur Mesir, Muqauqis. Setelah Perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah mengirim surat-surat dakwah kepada raja-raja. Salah satunya kepada gubernur Muqauqis. Muqauqis menghormati surat itu dan membalasnya dengan mengirimkan hadiah kepada Rasulullah. Hadiah itu adalah Mariyah dan Sirin. Keduanya dibawa ke Madinah oleh Hathib bin Baltha'ah, utusan Rasulullah.

Mereka sampai di Madinah pada tahun 7 Hijriyah. Untuk menghormati gubernur Mesir Muqauqis, Nabi memerdekakan Mariyah Qibtiyah dan menjadikannya sebagai istri. Namun, Mariyah Qibtiyah tidak dalam status sebagai Ummul Mukminin, sedangkan adik Mariyah bernama Sirin diserahkan Nabi kepada Hasan bin Tsabit. Dari Mariyah Qibtiyahlah Nabi memperoleh seorang anak laki-laki yang diberi nama Ibrahim, tapi sayang anak laki-laki Nabi ini wafat pada usia 2 tahun, ketika masih dalam menyusui.

Kehadiran Mariyah Qibtiyah di lingkungan istri-istri Rasulullah telah menimbulkan kehebohan yang tidak sehat. Asal usulnya sebagai perempuan Mesir yang terkenal kecantikan, keramahan, dan kelincahan gadis-gadisnya, menyulut kecemburuan di kalangan istri-istri Rasulullah. Mariyah Qibtiyah meninggal pada tahun 16 Hijriyah. Khalifah 'Umar bin Khaththab menyembahyangkan jenazahnya. Ia dimakamkan di pemakaman Baqi' di Madinah.

11. Siti Shafiyyah
Pernikahan Rasulullah yang kesebelas adalah dengan Shafiyyah binti Huyay. Nama lengkapnya adalah Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab bin Sa'iyyah bin Taghallub bin Amir bin 'Ubaid bin Ka'ab bin al-Khazraj bin Nadhir bin Yakhum. Ia seorang berdarah Yahudi. Ibunya bernama Barah binti Syamual. Akhthab adalah seorang a pemuka Yahudi Bani Nadhir. Ayah, paman, dan suaminya tewas dalam pertempuran Khaibar, yang menjadi perkampungan Bani Nadhir. Karena orang-orang Yahudi kalah dalam peristiwa perang Khaibar itu, Shafiyyah pun yang ikut dalam pasukan orang-orang Yahudi menjadi tawanan perang. Ia digiring sebagai tawanan perang dan akan dijadikan budak. Melihat hal ini, Rasulullah kemudian meminta agar putri pemuka Yahudi itu menjadi budak beliau sendiri dan kemudian dimerdekakan. Setelah Syafiyyah dimerdekakan, Rasulullah kemudian menikahinya.

Ia menikah dengan Nabi pada usia 17 tahun. Karena dia berasal dari Yahudi, Siti Syafiyyah sering disentil oleh istri-istri Rasulullah yang lain dengan menyebutnya dengan perempuan Yahudi. Dalam riwayat, Shafiyyah binti Huyay bin Akhthab adalah keturunan dari Nabi Harun as. Itu sebabnya dia sering membanggakan dirinya sebagai keluarga besar para Nabi. Karena nenek buyutnya adalah Nabi Harun, pamannya Nabi Musa dan suaminya adalah Nabi Muhammad saw.

Dia dikenal sebagai wanita yang salehah penganut ajaran Islam yang sangat setia sampai akhir hayatnya. Ketika terjadi pengepungan khalifah 'Usman bin 'Affan pada saat demonstrasi berlangsung, dialah perempuan yang mengirimkan air dan makanan dari rumahnya sendiri ke rumah 'Utsman bin 'Affan. Dia lakukan dengan maksud memberi dukungan kepada khalifah pengganti Rasulullah dalam memimpin Madinah. Ia wafat pada tahun 50 Hijriyah di bulan Ramadhan dan dimakamkan di Baqi'.

12. Siti Maimunah
Pernikahan Rasulullah yang keduabelas adalah dengan Maimunah binti al-Harits. Nama lengkapnya adalah Maimunah binti Harits bin Hazn bin Zubair bin Hazm bin Rabiyah bin 'Abdullah bin Sha'sha'ah al-Hilaiyah. Dialah perempuan terakhir yang dinikahi oleh Rasulullah. Sesudah dengan Maimunah ini, Rasulullah tidak menikah lagi. Nama sebenarnya adalah Bazzah. Rasulullah sendiri yang mengganti namanya dengan Maimunah yang berarti yang berkah. Sebab, pernikahan Rasulullah dengan Maimunah pada saat yang penuh berkah, yakni ketika Fathu Mekkah (pembebasan kota Mekkah). Sebelum masuk Islam, ia sudah menikah dengan Mas'ud bin Amru as-Saqafy. Dia masuk Islam secara sembunyi-sembunyi sampai terjadi perjanjian Hudaibiyah dan Fathu Makkah.

Maimunah dikenal sebagai istri Rasulullah yang sangat tekun beribadah. Di kalangan Ahli Hadits, dia dikenal yang banyak meriwayatkan Hadits. Terhitung ada 96 Hadits yang telah diriwayatkannya. Maimunah berumah tangga dengan Rasulullah sampai saat Rasulullah sudah mulai jatuh sakit yang kemudian membawa beliau berpulang ke rahmatullah. Dalam keadaan Rasulullah sakit parah tersebut, Maimunahlah yang merawat beliau sebagai seorang istri yang beriman.

Maimunah menyampaikan kepada Rasulullah, agar memilih istri-istri beliau untuk tempat tinggal selama dalam keadaan sakit itu. Suasana hati yang demikian memerlukan ketenangan di samping istri yang paling disayang. Rasulullah kemudian meminta Maimunah agar beliau dipindahkan ke rumah Siti 'Aisyah. Permintaan itu dipenuhi oleh Maimunah. Ia wafat pada tahun 61 Hijriyah dalam usia mendekati 50 tahun. Dia berwasiat agar dimakamkan di Sarf, persis di lokasi yang sama dengan tempat beliau "berbulan madu" dengan Rasulullah saw. dalam perjalanan ke Madinah setelah 'Umrah al-Qadha.

No comments: